Rabu, 23 November 2011

Tips memilih ayam bangkok

Ayam Bangkok yang kuat dan bagus adalah hal yang diinginkan banyak penghobi ayam bangkok, jika kita ingin membeli ayam Bangkok kita harus berhati-hati agar tidak salah pilih. Dalam hal membeli ayam Bangkok ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar tidak salah pilih. Disini ada beberapa tips yang saya dapat dari berbagai sumber, mungkin bisa membantu buat teman-teman yang akan membeli ayam Bangkok.

Bagaimana cara memilih ayam bangkok yang baik:

- Penampilan ayam tegap, leher pendek dan lurus, badan panjang, ekor lebat, suara langtang dan pendek.
ciri- ciri umum fisik
1. Kepala model buah pinang (Prioritas Utama)
2. Paruh panjang dan tebal
3. Leher lurus dan tebal
4. Badan panjang (Prioritas Utama)
5. Dada bidang
6. Bahu Kuncup
7. Sayap rapat dan panjang (Prioritas Utama)
8. Pangkal ekor besar/tebal dan kaku (Prioritas Utama)
9. Paha bulat dan pipih (Prioritas Utama)
10. Ekor lebat dan menyentuh tanah
11. Lutut menekuk
12. Kaki bulat dan kering, sisik rapih
13. Jari panjang dan halus

- Berasal dari turunan yang juara (silsilahnya harus jelas) sebaiknya membeli dari orang yang mengerti ayam bangkok dan mempunyai peternakan.
- Usia 8-9 bulan sangat ideal karena kita akan punya waktu untuk memahami karakter ayam kita dan begitu pula sebaliknya.
- Jangan segan bertanya jika kurang mengerti atau karena baru menjadi penghobi ayam bangkok (bertanya kepada teman yang ngerti).

UNTUK MELIHAT DAN MINAT DENGAN AYAM BANGKOK , KAMI ADA TERNAK DENGAN HARGA BERVARIASI.
HUBUNGI KAMI DI CIBUBUR JAKARTA TIMUR : 
0896 525 10850

Selasa, 15 November 2011

Membina Rumah Tanpa Teriakan



“Memang cuma kamu saja yang boleh berteriak, kalau aku yang berteriak kamu bilang aku berisik,“ ucap bu Anto membalas amarah suaminya dengan berteriak. Anak-anak pun lalu menutup telinga mereka. Pemandangan yang biasa terjadi dimana suami dan istri dirumah itu berteriak membuat anak-anaknya sampai berpikir, apakah ibu masih sayang pada ayah, apakah ayah mencintai ibu? lalu mengapa mereka berdua tidak bisa rukun.

Terkadang dimata anak-anak, masalah antara ayah dan ibu dipandang biasa-biasa saja. “Gak penting,“ menurut pikiran Anisa, anak sulung bu Anto yang duduk di kelas 3 SMU. “Aku mau ujian tapi ibu marah-marah melulu, kalau ayah marah, maka ibu juga balas marah, lalu kalau belum selesai marahnya pada ayah, maka marahnya diteruskan kepada anak-anaknya sehingga rumah jadi berisik, gimana mau bisa belajar…” keluh Anisa tentang suasana di rumahnya. Anisa pun lanjut menggerutu, adik-adikpun membesarkan suara televisi menonton bola Indonesia lawan Qatar, ditambah lagi suara ibu yang melengking, bentakan ayah yang menderu lalu kapan berhentinya dan tenangnya rumah ini.

Anisa pun akhirnya tidak sabar lagi maka dia pun berteriak ”adiikkk… kecilin dong tivinyaa.” Tidak lama kemudian teriakan Anisa dibalas dengan teriakan sang adik ”goalllll!!!!” padahal tidak goal juga. Hal ini membuat kakaknya Anisa marah, ibu juga marah dikarenakan ibu masih kesal pada ayah, dan ayah sudah masuk kamar tidur, maka kakak dan ibu serempak berteriak kuat dan keras, mengagetkan adik yang sedang asyik melihat langkah-langkah kaki menerjang bola di layar kaca, “Keciliiiiinnnn, tivinyaaa…!!!!!”kakak berteriak. “Matikan tv nyaaaaaa!!!!!” ibu berteriak kuat-kuat. Lalu adik dengan panik mematikan televisi dengan kesal dan marah, sambil masuk kamar dengan membanting pintu. Mendengar keributan itu, sang ayah keluar untuk melihat apa yang terajdi, “duhhh.. ributnya rumah ini,” ucap ayah. “Bisa gak kalian semua diam, ayah lelah, capek, baru pulang kerja..” bentak ayah keras-keras.

Subhanallah, semua masalah yang ada selalu diselesaikan semuanya dengan teriakan. Bila hal itu terjadi setiap malam, walaupun kalau siang agak reda dikarenakan rumah sepi tidak ada orang, anak-anak sibuk di sekolah, ayah di kantor dan ibu hanya sendiri di rumah, maka rumah seperti akan di didik dan terdidik dengan suara keras dan bentakan. Padahal Al Quran menyuruh kita untuk  merendahkan suara sesuai dengan Surat Lukman yang berbunyi;

Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (QS: Luqman: 19)

Apakah kita harus menyelesaikan masalah dengan bentakan dan teriakan? Apakah rasa kesal harus diungkapkan dengan bentakan dan teriakan? Apakah kita ingin membangun dan membina rumah tangga dengan bentakan?

Mari ayah dan ibu, kita mulai dari diri kita sendiri untuk mengecilkan suara. Anggota keluarga kita kan bukan orang yang tuli, semua pendengarannya bagus, selain itu rumah kita pun kecil areanya, jadi mulailah dengan ayah dan ibu untuk mengecilkan suara, niscaya anak-anak akan lebih tenang dan desakan untuk berteriak akan berkurang. Janganlah kita menciptakan aura berteriak di dalam keluarga. Marilah kita coba bersikap tenang dan bersuara pelan, insya Allah akan terbangun rumahtangga yang lebih tenang dan sakinah.<eramuslim.com>

Sukses adalah Hak Saya: Bila Gagal, Bangkit Lagi!

Bangkit Lagi
Jangan ukur seseorang dengan menghitung berapa kali dia jatuh, ukurlah ia dengan beberapa kali dia sanggup bangkit kembali. Seseorang yang mampu bangkit kembali setelah jatuh, tidak akan putus asa.
Menyedihkan, mendengar bahwa banyak orang seperti mereka, setelah sekali dua kali gagal, memilih untuk menetap di situ dan akhirnya mati sebagai orang yang sebenar-benarnya gagal, tersungkur, dan tidak bangkit lagi.
Apakah kualitas diri kita akan membantu bangkit kembali setelah kita terjatuh? Kualitas diri sendiri adalah sesuatu yang mesti saya sebutkan, karena kalau tidak, makna buku ini panduan ini tidak sempurna.
”Tidak ada apapun di dunia ini yang bisa menggantikannya. Bakat pun tidak; Banyak sekali orang berbakat yang tidak sukses. Kejeniusan pun tidak; Jenius yang tidak sukses sudah hampir menjadi olok-olokan. Pendidikan pun tidak; dunia ini penuh dengan orang terpelajar. Hanya kemauan dan ketabahan saja yang paling ampuh.”
Ya, ketabahan, yakni kemampuan bangkit kembali untuk ke sekian kalinya setelah terjatuh. Dalam benturan antara sungai dengan batu, air sungai senantiasa menang bukan dengan kekuatan tapi dengan ketabahan. Seberapa jauh Anda jatuh tidak menjadi masalah, tetapi yang penting seberapa sering Anda bang­kit kembali.
Apabila Anda dapat terus mencoba setelah tiga kegagalan, Anda dapat mempertimbangkan diri untuk menjadi pemimpin dalam pekerjaan Anda sekarang. Jika Anda terus mencoba setelah mengalami belasan kegagalan, ini berarti benih kejeniusan sedang tumbuh dalam diri Anda.
Thomas Alfa Edison, saat ditanya, bagaimana ia bisa bertahan setelah ribuan kali gagal? Penemu bola lampu dan pendiri perusahaan kelas dunia, General Electric ini menjawab, ”Saya tidak gagal, tetapi menemukan 9994 cara yang salah dan hanya satu cara yang berhasil. Saya pasti akan sukses karena telah kehabisan percobaan yang gagal.”
Sungai Colorado mengalir tabah terus-menerus, melahirkan Grand Canyon. Charles Goodyear yang tekun, membuahkan ban yang memungkinkan kendaraaan melaju kencang. Tabahnya Wright bersaudara membuahkan pesawat terbang. Bethoven, mengisi dunia dengan musik inspiratif, John Milton membuahkan karya puisi indah yang menyejukkan hati, perempuan tunanetra yang tegar Helen Keller, memberikan harapan kepada semua or­ang cacat, ketabahan Abraham Lincoln membuatnya terpilih menjadi Presiden, dan tentu, Thomas Alfa Edison, memberi kita cahaya listrik. Kesuksesan tergantung pada kekuatan untuk bertahan. Kurang tabah merupakan salah satu alasan orang gagal dalam bisnis, politik, dan kehidupan pribadi.
”Setiap orang sukses menyatakan bahwa kesuksesan hanya berada di luar ketika mereka yakin idenya akan berhasil,” Dr. Napoleon Hill. (Selesai)


Rabu, 27 April 2011

Senyuman dengan hati

Semua orang dapat tersenyum, namun bagaimana cara dia tersenyum apakah untuk keinginan yang dia tuju atau jujur dari hati bukan dibuat-buat oleh bibir?, kita lihat seorang bayi yang disaat dia mengingkan sesuatu itulah yang dia keluarkan ekspresi sesungguhnya, dia menangis karena dia mungkin butuh susu dari ibunya, dia senyum karena dia gembira dalam hatinya. Bukan seperti sebagian orang yang tersenyum untuk tujuan tertentu, seperti seorang karyawan tersenyum kepada Pimpinan, padahal karyawan itu sedang tidak suka dengan sifat dan sikap pimpinan, maka dia tersenyum dengan terpaksa bukan dengan hati untuk tujuan agar dia bisa menarik hati pimpinan, dan itulah yang umum terjadi saat ini disekitar kita. Rosululloh bersaba: " Senyummu pada saudaramu adalah Shodaqoh" , maka senyumlah dari hati yang tulus akan jatuh ke hati yg melihatnya karena senyum itu tidak dikreasi. (fatih)